WAMENA, MJ News: Panitia Rekonsiliasi Daerah “Jayawijaya Bertobat” yang terdiri dari 17 Dedominasi Gereja telah mempresentasikan persiapan sampai dengan mata acara selama tiga hari di hadapan Bupati, Wakil Bupati, pimpinan SKPD dan Forkopimda, Senin, 28 Juli 2025 di ruangan rapat Bupati, lt.2 kantor Bupati Jayawijaya.
Sekertaris Panitia, Pendeta Dr. Neri Payage mempresentasikan progres persiapan panitia untuk kegiatan Rekonsiliasi “Jayawijaya Bertobat” yang rencananya akan dilaksanakan pada, Rabu, Kamis & Jumat, 30 – 31 Juli dan 1 Agustus 2025.
Kegiatan Hari I, Rabu, 30 Juli 2025
Kegiatan hari I ini dipusatkan di Aula Gedung Aitousa GKI Wamena, Jl. Trikora dari pukul 09.00 – 15.00 WIT. Pada kegiatan ini, agenda yang dilaksanakan adalah registrasi peserta, pembacaan latar belakang kegiatan, Sambutan oleh Bupati dan Gubernur, kemudian masuk dalam prosesi inti: ibadah (puji-pujian dan khotbah), pengakuan bersalah dan pengampunan (alm. Martir Agustinus Kabes, alm. Pdt. Nataniel Hisage, alm. Pdt. Vecky Penambunan, Alm. Pdt. Claarce Ronssampessy, MA, alm. Pdt. Anderson), Rekonsiliasi oleh para pemimpin agama, Pengakuan Doa Propetik dan Doa penutup.
Peserta yang akan hadir dalam kegiatan hari pertama ini adalah sebanyak 1038 orang yang terdiri dari 518 gereja dengan perwakilan dua orang per gereja dari 40 distrik, 328 kampung dan 4 kelurahan.
Kegiatan Hari II, Kamis 31 Juli 2025
Ada dua bagian kegiatan pada hari ini, Kamis 31 Juli 2025 yaitu Doa dan Puasa oleh tim Doa yang akan dipusatkan di Aula Wio, Kantor Bupati Jayawijaya. Anggotanya adalah khusus tim Doa yang berdomisili di dalam kota. Tim Doa sudah akan berada di ruangan Wio sebelum jam 05.00 WIT.
Kegiatan berikut di hari Kamis 31 Juli ini adalah Doa, Puasa serta Pujian dan Penyembahan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa oleh seluruh warga masyarakat Jayawijaya sesuai ajaran agama dan keyakinan masing-masing. Empat agama yang akan mengambil bagian di tahapan ini yaitu Kristen, Katolik, Islam dan Hindu.
Berkaitan dengan ini, sebagaimana sesuai edaran Bupati, semua aktivitas akan dihentikan untuk satu hari penuh, baik perkantoran, usaha, pendidikan, berkebun dan sebagainya. Yang boleh beraktivitas pada hari ini adalah kesehatan untuk ambulans panggilan emergensi. Selain itu patroli keamanan.
Tim keamanan akan ditempatkan di beberapa titik dalam kota maupun lintas kabupaten. Titik dalam kota misalnya, pasar misi di Wouma, Wesaput, Pikhe, Jam Kota Hom-hom, Sinakma, sekitar bandara dan rumah sakit, perempatan bank BRI dan titik lain yang diperlukan. Selain itu ada juga titik-titik pada lintas kabupaten. Keamanan akan berada disetiap titik ini sebelum jam 05.00 WIT sampai dengan 18.00 (6 sore).
Kegiatan Hari III, Jumat, 1 Agustus 2025
Puncak dari kegiatan Rekonsiliasi Daerah “Jayawijaya Bertobat” yaitu dikemas dalam Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) secara Oikumene, pada Jumat, 1 Agustus 2025 di halaman kantor Bupati Jayawijaya sekitar pukul 13.00 WIT – selesai (sore). Semua bentuk acara, pujian dan pembawa firman akan diisi oleh Tim Doa Rekonsiliasi yang terdiri dari 17 Dedominasi Gereja.
Jayawijaya Bertobat
Jayawijaya Bertobat adalah semboyang yang didorong dalam Rekonsiliasi Kondisi Daerah Kabupaten Jayawijaya pada tahun 2025. Tema ini dipilih sebagai pusat dari perhatian semua orang yang berdiam di Lembah Baliem ini.
Tak dapat dipungkiri bahwa situasi terutama mengenai keamanan dan ketertiban masyarakat telah menguras waktu, tenaga, materiil, emosi, perhatian, pengorbanan dan lain sebagainya. Angka kriminalitas sangat tinggi, misalnya pencurian motor dan barang elektronik, pembacokan, penikaman, kecelakaan lalu lintas, sampai pada pegedaran ganja, penjualan minuman keras (lokal maupun pabrik), perjudian seperti togel, rolex, kartu, ludo. Dan juga mulai meraja lelahnya tempat-tempat prostitusi; di warung-warung, penginapan, kos-kosan, kontrakan, baik melalui offline maupun melalui jasa aplikasi online michat, inbox di facebook, dan akun sosmed lainnya.
Akibat daripada masalah sosial yang tidak terkontrol dan terpantau itu maka menyebabkan, angka HIV AIDS terus meningkat, kekerasan dalam rumah tangga terus terjadi, angka putus sekolah semakin banyak, orang Wamena mulai tinggalkan kebun dan rumah Tuhan, hidup bergantung pada orang lain tanpa pendirian.
Sebagai solusi dari masalah-masalah ini, pimpinan agama terus berkotbah di gereja masing-masing, pemerintah baru mengeluarkan himbauan dan Keputusan Bupati tentang pemberantasan Miras dan Napza, setiap kelompok atau komunitas pasta melakukan kegiatan-kegiatan pembinaan mental dan moral, pemerintah telah mengirim sekitar 50 anak jalanan untuk belajar di Yogyakarta maupun Semarang. Apakah upaya ini cukup, tentu tidak. Maka pada kesempatan yang baik ini, pemerintah mendeklarasikan “Jayawijaya Bertobat”.Jayawijaya Bertobat akan menjadi “milestone”, sebuah batu penjuru dan peringatan tentang pemulihan Jayawijaya secara utuh dan total dari semua bentuk penindasan baik oleh internal orang asli maupun oleh eksternal. Jayawijaya benar-benar harus menjadi Kota yang membawa berkat untuk semua orang terutama dalam mewujudkan Damai, Aman, Nyaman dan Indah-DANI. Maka siapapun yang mencoba memanfaatkan situasi untuk kepentingan diri dan kelompok, itu urusan dengan Tuhan. Dengan kekuatan Tuhan sajalah, kita bangkit dari semua masalah yang diterjadi di Jayawijaya ini. Maka, Jayawijaya Bertobat dapat didorong sebagai agenda Rekonsiliasi Tahunan yang dapat diperingati setiap tanggal 31 Juli. Kebetulan, tanggal 31 Juli ini bertepatan dengan hari Pelindung Jagat Raya (World Ranger Day). Hari dimana diperingati untuk menghormati dedikasi dan pengorbanan para penjaga hutan dari segala bentuk ancaman.