WAMENA, MJ News, Dialog Eksklusif Suara Papua Pegunungan bersama Bupati Jayawijaya, Atenius Murip, S.H., M.H dipandu oleh Ilham Kadir, mengetengahkan tiga isu sentral, profil Bupati Jayawijaya, Summary 100 Hari Program Bupati dan Wakil Bupati dan Impian Jayawijaya kedepan, di Studio Integrasi, Pro 1, RRI Wamena, Kamis, 21 Agustus 2025.
Presenter memulainya dengan menyapa para pendengar RRI di Jayawijaya dan seluruh Papua Pegunungan, kemudian memperkenalkan tentang Dialog Eksklusif yang kedua pada hari ini karena dialog eksklusif yang pertama sudah terlaksana bersama, Gubernur Provinsi Papua Pegunungan, Dr. (HC), Jhon Tabo.
Lebih lanjut, Ilhan Kadir menjelaskan tentang alur dialog eksklusif bersama Bupati Jayawijaya yakni dimulai dari karir politik, berlanjut program kerja 100 hari dan harapan arah pembangunan Jayawijaya 5 tahun kedepannya.
Saya ingin mendalami lebih pada perjalanan karir seorang Bupati, buka Presenter Ilhan Kadir, bahwa mulai sekolah dasar di Megapura dan berlanjut SMA di Jayapura, bapak Bupati mohon dijelaskan kisah perjalanan awal ini “baik Mas Ilham, pemirsa, masyarakat Jayawijaya dan Papua Pegunungan, terima kasih saya telah diundang disini untuk dialog interaktif. Langsung saja, saya dilahirkan dari Megapura dari pasangan bapak Aren Murip (alm), seorang Hamba Tuhan di daerah Megapura dan Lembah Baliem dan mama Nanombe Wetipo. Saya lulus dari SD Inpres Megapura, lanjut SMP N 3 Megapura 1 tahun kemudian pindah ke SMP N 2 Sentani, Kabupaten Jayapura dan SMA N 1 Sentani. Lulus SMA tahun 1994-1995 kemudian mengikuti seleksi masuk Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI/AD) sampai dengan akhirnya terakhir menjadi Dandom 1702 Jayawijaya per Juli 2022. Setelah itu mencalonkan diri sebagai Bupati bersama pak Ronny sebagai Wakil Bupati dan puji Tuhan, Tuhan dan rakya Jayawijaya percayakan kami berdua pimpin Jayawijaya lima tahun kedepan” jelas Bupati.
Berlanjut presenter bertanya terkait siapa orang yang paling berjasa dalam karir dan hidup bapak Bupati, menurut Bupati “banyak sekali orang yang telah berjasa dalam hidup saya, tetapi kesempatan ini yang memperkenalkan bapak angkat saya, Letda Infantri Kurnia Dewantara. Beliau dari 751 Sentani yang bertugas di Megapura karena ada perang suku kala itu. Selesai itu beliau bawa saya berlibur ke Jayapura dan kembali ke Wamena. Saya ambil keputusan sendiri untuk ambil surat pindah di SMP N 3 Megapura, berangkat sendiri ke Jayapura, daftar di SMP N 2 sendiri dan menghadap bapak angkat, bapak saya datang. Bapak tanya untuk apa. Saya balas untuk sekolah disini. Akhirnya tinggal di 751 Sentani bersama orang tua angkat dan selesaikan SMP dan SMA di Jayapura” lanjut Murip.
Berkaitan dengan pertanyaan, apa yang mendorong Bapak memutuskan untuk mencalonkan diri maju sebagai calon kepada daerah, Bupati menjelaskan kisah perjalanan politiknya “selama dua tahun lebih menjadi Dandim di kampung sendiri, saya melihat semua dinamika yang terjadi dan saya merasa terpanggil walaupun karir di militer masih 10-12 tahun. Kondisi yang sangat memprihatinkan dan menjadi panggilan buat kami adalah Sumber Daya Manusia (SDM) Jayawijaya. Kondisi SD sewaktu kami mungkin agak baik karena di sekolah kami ada banyak tenaga guru, mereka menetap dan berjarak 4-5 km dari kota, maka kami mendapatkan pelajaran full, namun semakin kesini, kondisi dan kualitas ini semakin menurun. Bagaimana dengan kondisi SD yang jauh dari kota, minim akses jalan, fasilitas tidak memadai. Lanjuta Bupati, menurut data, ada sekitar 156 SD se-Jayawijaya yang perlu penanganan khusus karena tidak tertangani dengan baik terutama daerah luar kota, maka kosentrasi saya nanti di sekolah dasar. Selama kepemimpinan kami, akan diusahakan agar setiap SD minimal memiliki 6 tenaga guru di sekolah. Ini prioritas agar menyiapkan SDM anak-anak kami dimulai dari dasar. Mengenai fasilitas infrastruktur, perumahan guru dan lainnya tetap akan diusakan tapi tahap berikutnya” tegas Murip.
Presenter berlanjut pada pertanyaan berikutnya berkaitan dengan program kerja 100 hari Bupati dan Wakil Bupati yang baru saja berakhir tanggal 13 Agustus, diantaranya rekonsiliasi kondisi daerah, pembentukan Polisi Baliem dan lainnya yang telah tercapai 90%,”kami fokus penjabaran visi dan misi kami, visinya: Bangkit, Bersatu, Membangun Jayawijaya harus lebih baik dari hari ini. Visi ini kemudian diturunkan dalam beberapa misi lalu disusun program prioritas yang diantaranya ada 12. Dari 12 program prioritas ini, intinya ada empat yang paling utama yaitu, Pendidikan, Kesehatan, Infrastruktur Dasar dan Pengembangan Ekonomi Kerakyatan yang terdiri dari sub bidang pertanian, perikanan dan tenaga kerja perindustrian dan perdagangan – Nakerindag. Empat bidang ini telah dibentuk sebuah tim yang langsung diketuai oleh Plt Kepala Dinasnya masing-masing dan bertujuan untuk mengumpulkan seluruh permasalahan di semua distrik kecuali Trikora karena alasan jarak dan waktu yang tidak cukup” terang Bupati.
Bupati menegaskan bahwa hasil kajian ini disebut Buku Merah untuk memperkaya RPJMD yang saat ini sedang dikerjakan oleh Pemda,” kami saat ini sedang menyusun Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD) kabupaten Jayawijaya Periode 2025 – 2029. Hasil pemetaan data lapangan oleh Tim yang kami namai Buku Merah, akan menjadi salah satu dokumen dalam penyusunan RPJMD dimaksud. Harapannya, data yang benar-benar terserap dari distrik ini akan menjadi program pemerintah kedepan agar persoalan-persoalan tingkat distrik dapat dikurangi sedikit demi sedikit. Hasil tim ini telah diserahkan kepada Bupati pada Talk Show 100 hari kerja Bupati dan Wakil Bupati, 14 Agustus lalu kemudian kami berikan kepada Kepala BAPPEDA yang akan merancang semua program ini”.
Lanjut Ilham pada topik baru, berkaitan dengan pembinaan anak korban aibon, telah dikirim ke luar tanah Papua, bagaimana prosesnya mohon penjelasan, “program penanganan Anak Korban Aibon atau kami sebuat Anak Emas Jayawijaya adalah mereka yang kebetulan belum beruntung karena banyak faktor, misalnya kondisi sosial keluarga, faktor ekonomi, faktor lingkungan keseharian mereka. Maka dalam 100 hari kerja ini kami minta kepada seniornya yang dulu pernah ada di jalanan tapi hari ini Tuhan telah mengubah mereka untuk mendata dan mendampingi adik-adik juniornya. Komunitas Lintas Batas dibantu Dinas Sosial kabupaten Jayawijaya mendata semua anak-anak kita ini baik nama, alamat, orang tua, kesehatan dan terdata hampir 300 lebih. Maka pemerintah berupaya untuk mencarikan tempat pembinaan, pelatihan, pendidikan diluar dari lingkungan mereka. Akhirnya Puji Tuhan kami ketemu dengan dua Yayasan se-iman, Nasrani, satu di Yogyakarta kami titip 20 anak dan satu lagi di Semarang, kami titip 30, jadi total ada 50 anak emas Jayawijaya. Selanjutnya mereka akan mengikuti pelatihan sesuai usia dan bakat mereka, ada yang pendidikan bagi yang belum bisa baca tulis dan masih kecil, ada yang mengikuti keterampilan misalnya pembuatan kue, ketarampilan bangunan. Output yang diharapkan adalah ketika pulang ke Wamena, ada yang menjadi penjual Martabak, dan jenis keterampilan lainnya. Jadi hidupnya diubah, dari anak jalanan menjadi seseorang yang memiliki keterampilan untuk membangun UMKM sendiri bagi dirinya, keluarga, komunitas dan Jayawijaya” terang Bupati yang juga mantan Dandim 1702 Jayawijaya ini.
Presenter RRI, Ilham Kadir melanjutkan pertanyaan berkaitan dengan pemulihan jaringan internet yang juga masuk dalam 100 hari kerja Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Jayawijaya. Bupati Atenius menjelaskan semua upaya yang telah dilakukan mulai dari identifikasi persoalan, rapat koordinasi internal dengan OPD terkait, sampai menghadap ke Komdigi – Kementerian Komunikasi dan Digital Republik Indonesia, “untuk pemulihan jaringan internet di Jayawijaya, kami sudah identifikasi masalah dari internal kita sampai ketemu Komdigi. Jadi letak persoalan utama adalah mengenai server, selama ini kita menggunakan satelit, sedangkan kabel optik belum masuk di Wamena dari Jayapura. Jarak Jayapura – Wamena hampir 500km, maka kita harus siapkan kabel optik sepanjang itu. Setelah berdiskusi dengan Komdigi di pusat, ada beberapa langkah yang kami tempuh, misalnya perbanyak menggunakan starlink, makanya kami pasang free wifi pada beberapa titik dalam kota untuk warga bisa akses tanpa harus membayar, misalnya depan bandara, pasar potikelek. Berikutnya kami minta supaya ketika ada iven penting, misalnya ujian sekolah, pertemuan dengan Forkopimda kabupaten dan provinsi – maka area itu akan ada penambahan daya supaya akses online dapat berjalan dengan lancar”.
Bagian pertanyaan terakhir, presenter Mas Ilham menanyakan kepada Bupati Jayawijaya terkait arah pembangunan lima tahun kedepan apabila dikorelasikan dengan 12 program prioritas yang telah dikerjakan dalam 100 hari kerja, “arah pembangunan lima tahun kedepan akan beracuan pada, pertama, hasil RPJMD yang sedang disusun karena ini telah melalui sebuah proses yang panjang dan langsung dari masyarakat. Yang kedua, pembangunan kedepan tidak sentralistik pada satu titik, tetapi kami telah membagi per 10 titik wilayah pembangunan kota baru. Kesepuluh titik ini merupakan distrik penyangga bagi beberapa distrik se-kawasan itu, misalnya wilayah I dengan pusat di Wamena dan distrik lainnya Wouma dan Wesaput, atau salah satu contoh lagi, titik pusatnya distrik Assolokobal dengan distrik penyangganya, Asotipo, Maima dan Popugoba. Ketiga, empat program prioritas yang telah dimasukkan dalam RPJMD, misalnya pendidikan, kesehatan, infrastruktur dasar dan ekonomi kerakyatan akan terfokus pada 10 titik pembangunan kota baru. Harapannya adalah masyarakat sekitar situ tidak perlu membutuhkan akses jauh ke kota untuk mencari pendidikan yang baik, pelayanan kesehatan yang baik. Dengan pelayanan yang sama seperti di kota, kita upayakan untuk menghadirkannya lagi di 10 titik itu” jelas Bupati.
Closing statement Bupati Jayawijaya dalam Dialog Interaktif ini,”closing statement saya adalah kembali menyampaikan visi kami, Bangkit, Bersatu dan Membangun Jayawijaya yang jauh lebih baik dari sekarang. Tanpa keterlibatan masayarakat, semua visi dan program baik ini hanya ilusi belaka. Mari kita fokus pada pendidikan, kesehatan, infrastruktur dasar dan ekonomi kerakyatan. Bagian ekonomi kerakyatan, ketahanan pangan menjadi sangat penting, tanah dan lahan kita Tuhan kasih sangat subur. Saya mengajak, mari kita menggarap lahan kita agar yang saat ini rumput, diubah menjadi daun ubi, sayur mayur, tebu, pisang, soa, wenyali dan lain-lain, dengan demikian, kita berdiri di kaki sendiri dan sejajar dengan orang lain di tempat lain, Waaa waaa waaa, Tuhan Memberkati – Yogotak hano, hubuluk motok hanorogo”, tutup Bupati.*(MJ.MW).